简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Money laundering adalah proses ilegal untuk menyembunyikan asal-usul uang yang diperoleh dari kegiatan kriminal, sehingga uang tersebut tampak seolah-olah berasal dari sumber yang sah. Kasus money laundering terbaru berhasil diungkap dan diketahui berhubungan dengan broker forex dan juga exchanger. Siapa saja pihak yang terlibat dan otak dibalik kejahatan ini? Selengkapnya bisa dibaca disini
Money laundering adalah proses ilegal untuk menyembunyikan asal-usul uang yang diperoleh dari kegiatan kriminal, sehingga uang tersebut tampak seolah-olah berasal dari sumber yang sah. Proses ini biasanya melibatkan tiga tahap:
1. Placement: Uang hasil kejahatan dimasukkan ke dalam sistem keuangan, misalnya melalui bank atau perusahaan bisnis yang sah. Ini bisa dilakukan dengan setoran uang tunai dalam jumlah kecil atau membeli aset bernilai tinggi.
2. Layering: Tahap ini melibatkan serangkaian transaksi kompleks untuk menyamarkan asal-usul uang, seperti transfer antar rekening, konversi mata uang, atau membeli aset di luar negeri. Tujuannya adalah untuk memutus jejak asal-usul dana.
3. Integration: Uang yang telah “dibersihkan” diinvestasikan kembali ke dalam ekonomi dengan cara yang tampak legal, seperti membeli properti, saham, atau menjalankan bisnis.
Money laundering sering digunakan oleh pelaku kejahatan seperti sindikat narkoba, korupsi, penipuan pajak, atau kejahatan dunia maya untuk menyamarkan keuntungan dari aktivitas ilegal mereka. Ini adalah kejahatan serius yang diatur oleh undang-undang anti-pencucian uang (AML) di berbagai negara.
Contoh kasus money laundering yang terkenal melibatkan berbagai sektor, termasuk pasar forex dan pertukaran kripto, yang sering kali digunakan karena kemampuan mereka dalam melakukan transaksi lintas batas secara cepat dan anonim.
Kasus yang melibatkan Sergey Ivanov dan Timur Shakhmametov baru-baru ini diungkap oleh Departemen Kehakiman AS terkait dengan skema pencucian uang yang menggunakan pertukaran kripto ilegal. Kedua warga negara Rusia ini dituduh menjalankan layanan pencucian uang senilai miliaran dolar yang melayani para pelaku kejahatan siber.
Ivanov, yang dikenal dengan alias “Taleon,” dan Shakhmametov, dengan nama samaran “JokerStash,” menjalankan layanan pertukaran kripto yang membantu mencuci uang hasil dari berbagai kegiatan kriminal. Ivanov diketahui mengoperasikan beberapa layanan pembayaran seperti UAPS dan PinPays, yang memfasilitasi transfer uang dan pencucian dana untuk pasar kejahatan siber.
Penyelidikan oleh pihak otoritas AS, termasuk Departemen Kehakiman dan Secret Service, memanfaatkan analisis blockchain untuk melacak aliran dana kripto yang dikaitkan dengan aktivitas kriminal. Dari analisis ini, diketahui bahwa 32% dari semua transaksi kripto yang ditelusuri berasal dari aktivitas kriminal, dengan lebih dari $158 juta atau senilai Rp2,3 triliun berasal dari hasil penipuan dan $8,8 juta atau senilai Rp133 miliar berasal dari pembayaran ransomware
Data dari analisis blockchain juga menunjukkan bahwa layanan mereka telah memproses transaksi senilai lebih dari $1,15 miliar, dengan sebagian besar dana tersebut berasal dari aktivitas ilegal, termasuk penipuan, ransomware, dan perdagangan di pasar gelap.
Shakhmametov juga dituduh berperan dalam operasi situs pencurian kartu kredit, Jokers Stash, yang telah menjual jutaan kartu kredit curian dari lembaga keuangan AS dan data pribadi dari puluhan juta orang. Salah satu tuduhan utama terhadap mereka adalah konspirasi untuk membantu dan mendukung penipuan bank, serta pencucian uang melalui pertukaran kripto mereka.
Sebagai bagian dari operasi ini, pemerintah AS juga menyita beberapa domain web yang digunakan untuk aktivitas ilegal tersebut. Kasus ini menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk melawan penggunaan mata uang kripto dalam pencucian uang dan aktivitas kejahatan siber internasional
Pada tahun 2013, sebuah perusahaan retail besar di AS menjadi korban peretasan yang mengakibatkan kebocoran data hingga 40 juta kartu kredit serta data pribadi sekitar 70 juta orang. Ivanov diduga membantu memproses pembayaran di situs ini menggunakan Bitcoin, dengan nilai transaksi mencapai miliaran dolar.
Kasus pencucian uang dalam industri forex memang pernah terjadi, dan beberapa broker terlibat dalam skema semacam ini. Berikut beberapa contoh kasus serupa beserta broker yang terlibat dan kronologi pengungkapan:
1. FinFX-Pro
Pada 2014, FinFX, broker forex asal Finlandia, dilaporkan terkait dengan dugaan pencucian uang setelah menerima sejumlah besar dana yang terkait dengan aktivitas kriminal. Otoritas Finlandia kemudian melakukan penyelidikan atas aliran dana yang dicurigai berasal dari skema penipuan. Meskipun kasus ini tidak terpublikasikan secara luas, FinFX akhirnya tutup karena berbagai tekanan regulasi dan dugaan pencucian uang tersebut
2. BTC trading 24
BTC trading 24 adalah salah satu platform pertukaran kripto yang juga memungkinkan perdagangan forex. Otoritas AS menangkap salah satu operator broker ini, atas tuduhan pencucian uang senilai $4 miliar melalui platform ini. Broker ini juga diduga terlibat dalam pencucian uang hasil aktivitas kejahatan, termasuk peretasan dan penipuan forex.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa industri forex, seperti industri keuangan lainnya, tidak kebal terhadap skema pencucian uang dan penipuan, terutama dengan keterlibatan mata uang kripto yang semakin luas. Regulasi yang lebih ketat dan pengawasan terhadap aktivitas broker menjadi sangat penting untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi di masa depan.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Doo Group baru saja mengumumkan pencapaian penting dengan berhasil memperoleh lisensi dari CySEC. Namun, bagaimana dengan broker Doo Prime yang bermasalah di Asia? Mengapa Doo Group bersiap masuk pasar Indonesia dengan mengakuisisi broker lokal Indonesia?
Tentunya rasa sangat tidak nyaman sedang dialami oleh entitas Axia Ventures Group Ltd. Dihari yang sama pada pertengahan November 2024, merek broker forex AxiaGroup yang mereka operasikan, masuk daftar hitam platrom ilegal sekaligus di 2 negara yaitu yurisdiksi Italia (CONSOB) dan yurisdiksi Siprus (CySEC).
Bagi Anda yang ingin mengasah kemampuan trading tanpa risiko, kini saatnya untuk bergabung dalam kontes demo trading mingguan dari WikiFX yang menawarkan hadiah total sebesar 450 USDT setiap minggunya! Kontes ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada para trader pemula maupun profesional untuk bersaing dalam lingkungan yang aman dan bebas risiko. Tidak hanya itu, dengan membagikan kontes ini di media sosial dan grup forex, Anda juga berkesempatan memenangkan hadiah tambahan.
Apa saja varian modus yang dialami oleh para trader Indonesia pada bulan Oktober 2024? Dalam daftar muncul nama platform LiteForex, OctaFX, PipWise, Soegee Futures, VENTEZO dan VOBLAST untuk kasus penipuan broker forex terhadap WNI.